SINTESIS ASPIRIN
I. Tujuan
- Mempelajari reaksi sintesis suatu ester dari asam
benzoat yang tersubtitusi gugus
hidroksi
- Mensintesis aspirin dari asam o-hidroksi
benzoat dengan anhidrida asetat
II. Teori
Sintesis aspirin merupakan suatu proses dari
esterifikasi. Esterifikasi merupakan reaksi antara asam karboksilat
dengan suatu alkohol membentuk suatu ester. Aspirin merupakan salisilat ester
yang dapat disintesis dengan menggunakan asam asetat (memiliki gugus COOH) dan
asam salisilat (memiliki gugus OH).Tetapi dalam praktikum ini digunakan
anhidrida asam asetat karena anhidrida asam asetat lebih reaktif dibandingkan
asam asetat, kelebihreaktifan anhidrida asam asetat ini disebabkan oleh
struktur anhidrida asam asetat telah kehilangan 1 atom hidrogen sehingga atom
karbon tempat hidrogen melekat menjadi lebih elektropositif. Dalam sintesis ini
juga ditambahkan H3PO4 , hal ini bermaksud
agar reaksi esterifikasi berjalan dengan baik dan cepat karena H3PO4
bertindak
sebagai katalis dan pemberi suasana asam.
Reaksi umum yang terjadi :
Asam salisilat + anhidrida asetat ——- as. Asetat +
aspirin
Aspirin atau asetil salisilat (asetosal)
adalah suatu senyawa yang dapat digunakan sebagai anti inflamasi, analgetik, antpiretik yang dapat di
sintesis dari reaksi antara asam salisilat dengan anhidrida asetat.
Aspirin ( asetosal ) adalah suatu ester dari
asam asetat dengan asam salisilat. Oleh karena itu senyawa ini dapat dibuat
dengan mereaksikan asam salisilat dengan anhidrida asam asetat menggunakan asam
fosfat pekat sebagai katalisator. Asam asetat dengan nama sistematik asam
etanoat, CH3COOH, merupakan cairan tidak berwarna, berbau tajam, dan
berasa asam. Asam asetat larut dalam air dan pelarut organik lainnya. Di dalam
air, asam asetat bertindak sebagai asam
lemah. Asam asetat mendidih pada temperatur 118°C (245°F) dan meleleh pada 17°C
(62°F). Asam asetat biasanya dibuat dengan memfermentasikan alkohol dengan
bantuan bakteri, seperti Bacterium aceti. Untuk mendapatkan asam asetat yang
berkonsentrasi tinggi, biasanya dibuat dengan oksidasi asetaldehid atau dengan
mereaksikan metanol dengan karbon monoksida dengan bantuan katalis.
Asam salisilat dapat ditemukan pada banyak
tanaman dalam bentuk metil salisilat dan dapat disintesa dari fenol. Asam salisilat memiliki
sifat-sifat: berasa manis, membentuk kristal berwarna putih, sedikit larut
dalam air, meleleh pada 158,5°C – 161°C. Asam salisilat biasanya digunakan
untuk memproduksi ester dan garam yang cukup penting. Asam salisilat menjadi
bahan baku pembuatan aspirin. Sintesa asam salisilat yang terkenal adalah
Sintesis Kolbe.
Asam asetil salisilat atau yang lebih
dikenal sekarang sebagai aspirin memiliki nama sistematik 2 – asam benzoat asetat.
Aspirin yang merupakan bentuk salah satu aromatik asetat yang paling dikenal dapat disintesa dengan
reaksi esterifikasi gugus hidroksi fenolat dari asam salisilat dengan
menggunakan asam asetat. Aspirin memiliki sifat – sifat sebagai berikut : Mr =
180, titik leleh = 133,4°C, dan titik didih = 140°C.
Pada pembuatan aspirin, reaksi yang terjadi
adalah reaksi esterifikasi. . Ester dapat terbentuk salah satunya dengan cara
mereaksikan alkohol dengan asam karboksilat, dalam hal ini asam salisilat
berperan sebagai alkohol karena mempunyai gugus –OH, sedangkan anhidrida asetat
sebagai anhidrida asam. Ester yang terbentuk adalah asam asetil salisilat (
aspirin )
Gugus asetil ( CH3CO– ) berasal dari asam
asetat, sedangkan gugus R-nya berasal dari asam salisilat. Hasil samping reaksi
ini adalah asam asetat. Langkah selanjutnya adalah penambahan asam sulfat pekat
yang berfungsi sebagai zat penghidrasi. Telah disebutkan di atas bahwa hasil
samping dari reaksi asam salisilat dan anhidrida asetat adalah asam asetat.
Jadi, dapat dikatakan reaksi akan berhenti setelah asam salisilat habis karena
adanya asam sulfat pekat ini.
Aspirin bersifat analgesik yang efektif
sebagai penghilang rasa sakit. Selain itu, aspirin juga merupakan zat
anti-inflammatory, untuk mengurangi sakit pada cedera ringan seperti bengkak
dan luka yang memerah. Aspirin juga merupakan zat antipiretik yang berfungsi
untuk mengurangi demam. Tiap tahunnya, lebih dari 40 juta pound aspirin
diproduksi di Amerika Serikat, sehingga rata-rata penggunaan aspirin mencapai
300 tablet untuk setiap pria, wanita serta anak-anak setiap tahunnya.
Penggunaan aspirin secara berulang-ulang dapat mengakibatkan pendarahan pada
lambung dan pada dosis yang cukup besar dapat mengakibatkan reaksi seperti mual
atau kembung, diare, pusing dan bahkan berhalusinasi. Dosis rata-rata adalah
0.3-1 gram, dosis yang mencapai 10-30 gram dapat mengakibatkan kematian.
Pada Abad ke-5 sebelum masehi, Hippocrates menulis manuskrip tentang
serbuk pahit yang diekstraksi dari kulit kayu willow. Serbuk ini memiliki
kemampuan meredakan rasa sakit dan menurunkan demam. Tahun 1826, seorang
alkemis Jerman bernama Johann Andreas Buchner berhasil mengisolasi zat tersebut
dan menamainya salisin, diambil dari nama latin pohon willow (Salix alba).
Tetapi salisin ini memiliki efek samping yang berbahaya bagi pencernaan.
Tahun 1853 seorang alkemis Prancis, Charles
Frederic Gerhardt berhasil mensistetis asam salisilat untuk pertama kalinya.
Dia mencampur asetil klorida dengan garam sodium salisilat. Hasil sintetis ini
dinamai Gerhardt anhidrin asam salisilat. 6 tahun kemudian, 1859, seorang
alkemis Jerman, von Gilm berhasil mensintetis asam asetil salisilat murni
dengan mereaksikan asam salisilat dan asetil klorida.
Pada 1869 Schröder, Prinzhorn dan Kraut
merekonstruksi baik reaksi Gerhardt (dari sodium salisilat) maupun reaksi von
Gilm’s (dari asam salisilat) dan menyimpulkan bahwa kedua reaksi tersebut
memberi hasil yang sama. Mereka adalah yang pertama menemukan struktur kimia
kelompok asetil berhubungan dengan alkanol.
Pada 1897, ilmuwan dari perusahaan obat dan
pewarna Bayer mulai meneliti asam asetil salisilat sebagai pengganti yang lebih
aman dari obat salisin yang umum. Pada 1899, Bayer melabeli obat ini Aspirin
dan menjualnya ke seluruh dunia. Nama aspirin berasal dari “a” dari asetil dan
“spirsäure” yaitu nama kuno jerman bagi asam salisilat. Sekarang,
aspirin merupakan obat yang paling banyak digunakan di seluruh dunia, dengan
perkiraan 40.000 ton aspirin dikonsumsi setiap tahun.
Reaksi yang terjadi adalah reaksi esterifikasi yang
merupakan prinsip dari pembuatan aspirin. Reaksi esterifikasi tersebut dapat
dijelaskan sebagai berikut.Ester dapat terbentuk salah satunya dengan cara mereaksikan alkohol dengan anhidrida asam. Dalam hal ini asam salisilat berperan sebagai alkohol karena mempunyai gugus –OH , sedangkan anhidrida asam asetat tentu saja sebagai anhidrida asam. Ester yang terbentuk adalah asam asetil salisilat (aspirin).Gugus asetil (CH3CO-) berasal dari anhidrida asam asetat, sedangkan gugus R-nya berasal dari asam salisilat (pada gambar di atas gugus R ada di dalam kotak).Hasil samping reaksi ini adalah asam asetat.
Langkah selanjutnya adalah penambahan asam sulfat pekat yang berfungsi sebgai zat penghidrasi.Telah disebutkan di atas bahwa hasil samping dari reaksi asam salisilat dan anhidrida asam asetat adalah asam asetat. Hasil samping ini akan terhidrasi membentuk anhidrida asam asetat. Anhidrida asam asetat akan kembali bereaksi dengan asam salisilat membentuk aspirin dan tentu saja dengan hasil samping berupa asam asetat. Jadi, dapat dikatakan reaksi akan berhenti setelah asam salisilat habis karena adanya asam sulfat pekat ini.
Tetapi harus diperhatikan bahwa sebelum dipanaskan, reaksi tidak benar-benar terjadi. Reaksi baru akan berlangsung dengan baik pada suhu 50-60°C. Juga pada percobaan ini baru terbentuk endapn putih (aspirin) setelah dipanaskan.Kemudian endapan tersebut dilarutkan dalam air dan disaring untuk memisahkan aspirin dari pengotornya.Tetapi tentu saja dengan penyaringan ini aspirin yang dihasilkan belum benar-benar murni.
Untuk pemurniannya, aspirin tak murni kemudian ditambahi larutan NaHCO3. Reaksinya adalah sebagai berikut:
Aspirin akan larut, sedangkan hasil sampingnya tidak larut, sehingga ketika disaring akan didapatkan filtrat aspirin murni berbentuk larutan jernih. Larutnya aspirin ini juga diikuti oleh timbulnya gelembung gas CO2, membuktikan adanya hasil reaksi aspirin dengan NaHCO3. setelah itu filtrat diaduk dan terbentuk endapan putih. Lalu didinginkan dengan air es membentuk kristal. Kristal akan lebih murni setelah dicuci dengan air es. Selanjutnya kristal dikeringkan dengan cara ditaruh di gelas arloji dan didapatkanlah kristal kering.
Langkah terakhir pada percobaan ini adalah rekristalisasi.Kristal yang kering tadi dilarutkan dalam benzena panas, alu dipanaskan.Benzena digunakan sebagai pelarut karena benzena merupakan pelarut yang baik untuk zat organik.Air tidak bisa digunakan untuk rekristalisasi ini karena air adalah pelarut polar dan aspirin adalah senyawa nonpolar.Setelah itu larutan tadi disaring panas-panas dan filtratnya diambil untuk dikeringkan di oven. Kristal ini merupakan kristal yang benar-benar murni.
III. Prosedur Percobaan
3.1 Alat dan
Bahan
3.1.1 Alat-alat
· Labu
alas bulat 100 ml : Tempat pemanasan
· Pendingin leibigh : Membantu kondensasi
· Gelas piala :
Tempat zat atau bahan dasar
· Gelas ukur : Untuk
mengukur larutan
· Corong : Membantu untuk mengalirkan alat
· Penangas air : Memanaskan larutan
· Ice Bath : Mendinginkan larutan
3.1.2 Bahan-bahan
· Asam Salisilat (o-hidroksi benzoat) : Sebagai bahan dasar untuk sintesa
· Anhidrat Asetat : Sebagai bahan
dasar untuk sintesa
· Asam fosfat 25% : Sebagai katalis
3.2 Skema kerja
|
1,38 g asam salisilat
dan 2,8 mL asetat anhidrat ke dalam labu didih 100 mL
|
+ 3 tetes asam fosfat 85% ,lalu diaduk
|
Pasang Kondensor dan Panaskan campuran lebih kurang
10 menit
|
|
Tanpa didinginkan, + 1
mL air melalui kondensor.Lalu didihkan 20 menit
|
|
+25 mL air dingin ke dalam campuran, dinginkan sampai
suhu kamar
|
|
Tempatkan labu dalam ice bath 10 menit
|
|
Saring endapan dan cuci dengan air
|
|
Produk dikristalisasi dalam air
|
|
Hitung titik leleh
|
|
Hitung Rendemen
|
|
Keringkan dan ditimbang
|
3.3 Skema Alat
Keterangan :
1.
Standard
2.
Labu didih
3.
Penangas
4.
Kondensor
5.
Klem
6.
Termometer
7.
Erlenmeyer
8.
Air masuk
9.
Air keluar
IV. Hasil dan Pembahasan
4.1 Hasil
Massa Asam Salisilat = 1,4
gram
Volume anhidrat asetat = 5
ml
H3PO4
= 3 tetes
-Asam Salisilat -
Anhidrat Asetat
Bj = 1,44 g/mL Bj = 1,08 g/mL
Mr= 138 g/mol Mr= 102 g/mol
mol =
=
= 0,01 mol massa = bj x V = 1,08g/mL x
5 mL
= 5,4
gram
mol
=
= 0,05
mol
Asam Salisilat + Asam Asetat Anhidrat
Aspirin
Awal 0,01
mol 0,05
mol
Bereaksi -0,01 mol -0,01
mol +0,01 mol
Setimbang - 0,04 mol 0,01 mol
Mol Aspirin = 0,01 mol
Massa teori
= 0,01 mol x 180 g = 1,8 g
1 mol
Massa
Aspirin percobaan =
Rendemen =
x 100% =
x 100% = 62,2 %
4.2 Pembahasan
Pratikum
kali ini mengenai sintesis aspirin. Sintesis aspirin menggunakan empat prinsip
yaitu esterifikasi, kristalisasi, rekristalisasi dan asetilasi. Esterifikasi
merupakan pembentukan ester dari asam
karboksilat dan asam asetat dengan bantuan katalis asam yaitu asan fosfat.
Kristalisasi merupakan pemurnian zat padat dari kotoran dengan cara
mengkristalkan dengan larutan yang cocok, sedangkan rekristalisasi merupakan
pembentukan kristal kembali dibuktikan pada pratikum ini saat kristal yang
didapat dicuci lagi dengan air. Yang terakhir adalah asetilasi yaitu pemasukan
gugus asetil pada suatu molekul yaitu pada asam salisilat.
Kemudian
campuran dari bahan dasar tersebut diaduk dahulu, dan lakukan pemanasan selama
10 menit dengan tujuan untuk menghomogenkan campuran tersebut. Lalu dialirkan 1
ml air melalui kondensor, saat kita mengalirkan melalui kondensor tersebut kita
membersihkan uap yang melewati kondensor sehingga sisa-sisa uap aspirin
tersebut menjadi turun ke labu didih. Tujuan lain penambahan 1 ml air itu
membantu pembentukan kristal. Saat melakukan pemanasan gunakan batu didih yang
tidak larut dalam larutan tersebut, seperti batu didih dari kaca, sebab jika
tidak maka batu didih akan memberi warna pada aspirin.
Langkah
selanjutnya lakukan pemanasan lagi selama 20 menit,dan tambahkan air dingin
saat pemanasan selesai. Saat pencampuran terjadi, maka akan terlihat adanya
kristal yang terbentuk, diaduk dahulu agar campuran antara air dingin dan bahan
dasar tercampur merata. Setelah itu masukan labu didih dalam ice bath agar
kristal membeku dan terpisah. Lakukan penyaringan dengan kertas saring dan cuci
lagi dengan air (prinsip rekristalisasi).
Setelah
kering, kami timbang dan didapatkan massanya sebesar 1,12 gram. Rendemen yang
didapat adalah 62,2% dengan massa teori yang didapat 1,8 gram. Aspirin yang
kami dapat berwarna putih dan berbentuk serbuk. Hasilnya lebih mendekati
literatute yang ada.
Aspirin ini banyak digunakan
oleh orang banyak sebagai obat-obatan. Seperti menghilangkan rasa sakit kepala
Kegunaannya ini membuat aspirin banyak diproduksi oleh perusahaan-perusahaan
obat-obatan.
V. Kesimpulan dan
Saran
5.1
Kesimpulan
Berdasarkan praktikum yang kami
lakukan kali ini dapat disimpulkan bahwa
:
·
Berat aspirin yag
didapatkan adalah 1,12 gram.
·
Rendemen aspririn yang didapatkan
adalah 62,2 %
·
Aspirin
memiliki empat prinsip kerja yaitu esterifikasi, kristalisasi, rekristalisasi
dan asetilasi.
·
Penggunaan air dingin
atau ice bath yaitu untuk pemisahan dan membantu timbulnya kristal.
5.2 Saran
Agar diperoleh hasil praktikum
yang lebih baik, perlu diperhatikan hal-hal berikut:
·
Pemahaman prinsip
kerja dan cara kerja
·
Kerjasama semua anggota kelompok praktikum
·
Pemasangan alat
yang tepat
·
Pakai alat-alat
labor
·
Gunakan batu didih yang
tak menghasilkan warna pada larutan seperti kaca.
TUGAS SEBELUM
PRAKTIKUM
1.
Mekanisme reaksi
aspirin
2.
Fungsi penambahan
asam fosfat adalah sebagai katalis dalam sintesa aspirin ini.
3.
Fungsi penambahan
air sebanyak 1 mL adalah untuk mengrndapkan aspirin yang terbentuk.
DAFTAR PUSTAKA
Fieser
and Fieser M.1957. ORGANIC CHEMISTRY 3rd EDITION. Reinnold
Publishing Company:New York.
Fessenden
and Fessenden.1982. KIMIA ORGANIK
JILID II. Jakarta; Erlangga.
Halleman, LWJ.
1968. KIMIA ORGANIK. Jakarta
Tidak ada komentar:
Posting Komentar